Budaya  

Mengenal Tradisi Rebo Wekasan, Asal-Usul Serta Hukumnya dalam Islam

rebo wekasan

TerasPendopo.com – Ada sebuah budaya yang dijalankan oleh umat Islam di Indonesia, yakni Rebo Wekasan. Tradisi yang dilakukan di penghujung bulan safar ini dianggap sebagai pembuang sial.

Pengertian Rebo Wekasan sendiri merupakan hari rabu terakhir di bulan Safar. Safar merupakan bulan kedua dalam penanggalan Islam. Rabu terakhir ini dianggap sebagai sumber datangnya penyakit dan bencana, serta hari paling sial sepanjang tahun.

Lantas bagaimana asal-usul tradisi Rebo Wekasan dan bagaimana hukumnya menurut berbagai pandangan ulama?

Asal-Usul Rebo Wekasan

Rebo Wekasan dipercaya muncul sejak abad ke-17 di Nusantara di wilayah pesisir Jawa dan Sumatera. Meski tradisi Rebo Wekasan juga banyak dilakukan dilakukan oleh masyarakat non pesisir, namun pada mulanya banyak dilakukan oleh masyarakat sekitar pantai. Caranya pun berbeda-beda.

Ada pula yang meyakini bahwa tradisi Rebo Wekasan sudah dilakukan pada masa Wali Songo. Kala itu para ulama berpendapat bahwa Allah SWT menurunkan banyak penyakit pada bulan Safar. Sehingga para ulama menghadapinya dengan tirakat untuk menolak bala.

Tradisi tolak bala untuk Rebo Wekasan ini beragam caranya. Ada yang membuat lemper raksasa di Bantul, petik laut di Banyuwangi, dan beragam cara lainnya seperti membuat tumpeng, zikir bersama, dan lainnya.

Hukum Rebo Wekasan

Ketika banyak yang meyakini bahwa Rebo Wekasan merupakan waktu sial sepanjang tahun, maka Ketua Pengurus Wilayah (PW) Aswaja NU Center Jawa Timur Ustadz Ma’ruf Khozin, sebagaimana dikutip dari NU Online menyatakan jangan percaya.

“Sial atau tidaknya seseorang tergantung pada keyakinannya sendiri,” terang Ustadz Ma’ruf.

Ia menjelaskan bahwa sial atau tidak seseorang itu tidak ditentukan oleh Rebo Wekasan. Sebab menurutnya, hanya Allah SWT yang mampu memberikan manfaat dan bahaya pada manusia.

Ketika disinggung bahwa ada hadits yang menjadi dasar pelaksanaan Rebo Wekasan, Ustadz Ma’ruf Khozin berpendapat bahwa itu hadits yang lemah.

Banyak ulama juga berpendapat bahwa Rebo Wekasan hanya sebuah tradisi belaka. Umat Islam tidak boleh menyandarkan dan percaya bahwa sial, penyakit, dan mudharat disebabkan oleh sebuah hari.

Sementara itu, banyak juga yang berpendapat jika tujuannya mendidik ummat agar meyakini bahwa hanya Allah SWT yang memberi manfaat, bahaya, penyakit, sial, dan seterusnya, bahkan ketika di hari Rabu akhir Safar, maka diperbolehkan agar ummat bertaubat.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *