Mengenal Kompor Induksi dan Perbedaannya dengan Kompor Listrik

kompor induksi

TerasPendopo.com – Pemerintah Indonesia sudah mewacanakan pemberian kompor induksi pada masyarakat. Hal ini berkaitan dengan program konvensi energi yang dicanangkan pemerintah.

Hal ini sebetulnya banyak ditentang. Sebab banyak yang menduga, pemberian kompor induksi hanya akal-akalan agar PLN sebagai perusahaan milik negara yang mengelola listrik mendapatkan untung lebih besar.

Padahal seharusnya sebagai perusahaan yang melakukan monopoli atas satu jenis usaha, dengan pengguna produk yang tersedia dan selalu lancar membayar, PLN bisa mendapatkan untung yang besar. Tapi kenyataannya selalu merugi.

Namun pertentangannya bukan hanya itu, sebab kompor induksi tidak cocok diterapkan oleh masyarakat Indonesia. Hal ini karena kompor induksi membutuhkan banyak penyesuaian yang akan berdampak tambahan biaya yang lebih besar.

Salah satu pihak yang mengungkapkan ketidakcocokan tersebut adalah Mulan Jameela. Artis yang kini duduk sebagai Anggota DPR RI ini mengatakan kalau kompor induksi tidak sesuai dengan ciri khas masakan Indonesia.

Pendapat perempuan yang memiliki nama asli Raden Wulansari tersebut, disampaikan saat dengar pendapat antara Komisi VII DPR RI dengan Kementerian ESDM pada Jum’at (23/9).

“Ini saya jujur ya, kapasitas saya sebagai anggota dewan dan sebagai emak-emak. Kami di rumah saja punya kompor listrik tetap tak bisa lepas dari yang gas karena masakan Indonesia ya beda bukan masakan orang bule yang pancinya ya seukuran begitu saja,” ucap Mulan dalam rapat tersebut.

Lantas seperti apa sebenarnya kompor induksi? Mengapa ia dituding hanya cocok untuk masakan bule?

Pengertian Kompor Induksi

Kompor induksi adalah kompor yang memanfaatkan sirkuit listrik terintegrasi untuk memanaskan permukaan logam peralatan masak. Kompor induksi hanya menimbulkan panas ketika permukaannya bersentuhan dengan logam.

Perbedaan kompor induksi dengan kompor listrik ada pada cara pemanasannya. Kompor listrik memanasi lempengan pijar yang biasanya berbentuk spiral. Lempengan ini memanas untuk menggantikan api pada kompor konvensional.

Sementara kompor induksi hanya akan memanas apabila ada induktor yang menempel pada permukaannya. Itulah kenapa disebut kompor induksi.

Masalah Kompor Induksi

Masalahnya kemudian muncul karena bentuk permukaan kompor induksi yang rata. Hal ini tentu memerlukan peralatan masak yang juga rata. Misalnya wajan yang datar, panci yang datar, dan seterusnya.

Peralatan masak yang datar ini tentu tidak biasa dipakai oleh orang Indonesia untuk memasak masakan khas Nusantara. Sebab biasanya orang Indonesia lebih banyak memasak dengan wajan yang cekung.

Kalau dipaksakan memakai wajan yang cekung, maka pemanasan menjadi tidak sempurna. Jika sudah begitu, diperlukan waktu memasak yang lebih lama dan tentu saja energi listrik yang diperlukan semakin banyak.

Itulah masalah yang muncul pada kompor induksi. Namun Kementerian ESDM tak bergeming. Rencana mereka untuk memberikan paket kompor induksi 1.000 Watt senilai Rp1,8 juta terus berjalan. Saat ini sedang didistribusikan 300 ribu buah untuk awalan.

Penerima kompor induksi tersebut diambil dari Data Terpadu Kesejahteraan Sosial (DTKS) milik Kementerian Sosial.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *